Kamis, 05 Januari 2017

1/05/2017 02:58:00 AM


Sebuah cerita tentang Syaikh Yahya yang mengorbankan kesuksesan dunia demi memperoleh keridhaan Allah SWT. Sebuah kisah lucu dengan nilai moral yang dalam.


Saya tak tahu apa yang saya pikirkan waktu itu. Waktu itu saya akan menghadapi ujian mata kuliah Ilmu Forensik. Dan dosen saya waktu itu adalah Pofesor Melon B. Beliau masih mengajar sampai saat ini. Anda bisa mencari namanya di Google: Universitas Toronto, Pofesor Melon B. Dan beliau menjabat sebagai Ketua Jurusan waktu itu. Waktu itu saya mengambil jurusan Forensik Psikologi. Dan waktu itu saya akan menghadapi ujian mata kuliah itu yang jadwalnya bertepatan dengan Shalat Jum’at. Saya diminta untuk jadi imam oleh takmir masjid yang lokasisnya jauh dari kampus. Perjalaan minimal sekitar 25 menit berkendara dari kampus, bahkan itu jika saya brekendara dengan kecepatan super. Karena itu saya menghubungi takmir masjid.


“Akhi Yahya, tak ada orang lagi selain anda, anda harus datang.” kata Takmir.


Saya berkata kepadanya, ”Saya ada ujian Akhi.”


Takmir berkata, ”Tolonglah Akhi.”


Saya berkata, ”Baiklah, biar saya bicara dengan Profesor saya dulu.”


Setelah itu saya menghubungi Profesor dan berkata, ”Bisakah saya menemui anda di kantor?” Profesor berkata, ”Ya silakan datang, Mister Ibrahim.” Saya pun pergi ke sana. Setelah sampai, saya katakan padanya, ”Pak ujiannya akan dimulai pukul 1, tapi saya harus Shalat Jum’at pukul 1, dan karena saya harus shalat di masjid yang jauh dari sini, di daerah Massassagua, perjalanannya membutuhkan setidaknya 25 hingga 30 menit. Sementara ujiannya sekitar 50 menit dari jam 1 hingga 1:50 siang. Itu artinya saya hanya akan punya sisa waktu 20 menit, apakah anda tidak keberatan jika saya mengambil ujian mulai pukul 12 siang…” Sebelum saya selesai bicara, beliau telah menimpali. Beliau berkata, ”Kami di sini bukan untuk menyesuaikan kebutuhan anda, anda ikut ujian atau tidak itu urusan anda. Berapa pun waktu yang anda punyai itulah waktu anda. Kami tidak bisa mengabulkan permintaan anda.” 


Saya berkata,”Baiklah tak apa.” saya akan tetap pergi Shalat Jum’at.


Hari itu pun tiba, setelah salam, saya langsung bersegera keluar masjid, melangkah di antara begitu banyak jama’ah, menuju mobil. Saya meluncur ke kampus. Hingga saya masuk kelas pukul 1:40 sekitar 10 menit tersisa. Dan Profesor tersenyum pada saya ketika memberikan kertas ujian. Anda pasti tahu bagaimana senyum itu, bukan? Setelah itu saya duduk. Soalnya waktu itu pilihan ganda. Anda tahu soal pilihan ganda bukan, kita hanya disuruh mengarsir lingkaran sebagai jawaban yang dirasa tepat. Saya baca soalnya, tentang psikologi dan psikiatrik. Soal pertama saya jawab “C”, soal kedua saya jawab “C”, soal ketiga saya jawab “C” saya berpikir ada yang tak beres dengan jawaban saya. Tapi saya tak punya waktu lagi untuk membaca soalnya ulang. Soal keempat saya jawab “C”, hingga waktunya tinggal 1 menit lagi, saya langsung jawab semuanya “C” ”C” ”C” ”C”… Jadilah saya jawab 80 soal itu dengan “C”.


Setelah ujian itu, kami punya liburan semester selama beberapa hari. Dan setelah kembali ke kampus, saya merasakan ada hal yang aneh ketika bertatap muka dengan Profesor. Di dalam kelas, ketika pembagian hasil ujian dilaksanakan, Profesor memberikan semacam mukaddimah singkat, ”Ujian ini diharapkan menjadi bagian dari latihan kejiwaan bagi kalian. Dan kami berkeinginan melakukan sesuatu hal yang berbeda tahun ini. Kami membuat semua jawaban atas soal itu “C” untuk mengetahui siapa di antara kalian yang ragu, karena kalian pasti berpikir tak mungkin menjawab “C” untuk keseluruhan soal.


Saya berkata dalam hati, ”Tapi karena saya tak membaca soalnya, jadinya saya menjawab semua soal dengan “C”. Itulah pertolongan dari Allah.


Setelah Profesor memberikan kertas hasil ujianya kepada kami semua, beliau berkata, ”Kami tidak akan melakukan hal ini lagi, karena ada hal terkhusus terjadi. Hal itu mengakibatkan ketidak beresan statistik.”


Saya ceritakan ini bahwa kejadian ini benar-benar terjadi, demikianlah Allah menolong hamba-hambanya yang memilih melakukan sesuatu karena Allah. Jangan sekali-kali meninggalkan Shalat Jumat.

Sumber:
gojannah.wordpress.com

0 komentar:

Posting Komentar