Sabtu, 05 November 2016

11/05/2016 11:16:00 AM



Pada akhir masa hidupnya Imam Ahmad bin Hanbal terlintas di benaknya untuk mendatangi sebuah kota di Iraq. Tiba di kota tersebut tepat saat Adzan Maghrib, Imam Ahmad ikut sholat berjama’ah. Selepas sholat Maghrib Imam Ahmad duduk dan membaca Al-Qur’an sambil menunggu waktu sholat Isya’. Setelah Adzan Isya’ Imam Ahmad ikut sholat berjama’ah. Selesai sholat Isya’ Imam Ahmad pergi ke pojokan masjid untuk istirahat. Namun, karena penjaga masjid tidak mengenali siapa beliau, si penjaga masjid menolaknya. Meskipun beliau sudah berulangkali membujuk sang penjaga masjid untuk diizinkan bermalam di sana, namun keputusan dari penjaga masjid tidak dapat diganggu gugat. Akhirnya, Imam Ahmad dikeluarkan dari area masjid. 

Di sebelah masjid ada kios penjual roti. Imam Ahmad dipanggil oleh penjual roti tersebut dan menawarkan kepada Imam Ahmad untuk beristirahat (menginap) di rumahnya yang tak jauh dari Masjid. Imam Ahmad menceritakan ada perilaku penjual roti ini yang unik. Penjual Roti ini senantiasa ber-Istighfar kecuali ketika diajak ngomong Imam Ahmad atau penjual roti tersebut bertanya kepada Imam Ahmad.

Imam Ahmad bertanya kepada penjual roti, “Apa manfaatnya istighfarmu? Apa yang engkau dapatkan dengan istighfar yang sebanyak ini?”.

Kemudian si penjual roti menjawab, “Tidak ada apapun yang saya minta kepada Allah kecuali diijabah. Apa saja saya minta Allah kasih. Tinggal satu yang belum Allah kasih”. Imam Ahmad kembali bertanya, “Apa itu?”. Penjual roti menjawab, “Saya minta dipertemukan sama Imam Ahmad”.

Seketika Imam Ahmad berkata, “Allahu Akbar! Istighfarmulah yang membuat saya datang ke kota ini tidak tau kenapa. Istighfarmulah yang membuat penjaga masjid mendorong-dorong saya keluar masjid. Istighfarmulah yang mendatangkan saya ke tempat ini, tempat praktekmu, ke rumahmu. Karena saya adalah Ahmad bin Hanbal”.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَنْ أَكْثَرَ الِاسْتِغْفَارَ جَعَلَ اللَّهُ لَهُ مِنْ كُلِّ هَمٍّ فَرَجًا وَمِنْ كُلِّ ضِيقٍ مَخْرَجًا وَرَزَقَهُ مِنْ حَيْثُ لاَ يَحْتَسِبُ

“Barangsiapa memperbanyak istighfar (mohon ampun kepada Allah), niscaya Allah menjadikan baginya pada setiap kesedihannya jalan keluar dan pada setiap kesempitan ada kelapangan dan Allah akan memberinya rezeki (yang halal) dari arah yang tiada disangka-sangka.” (Hr. Ahmad, Abu Dawud, dan Ibnu Majah).

0 komentar:

Posting Komentar