Seiring
dengan perkembangan jaman, dunia serasa dalam genggaman. Berita dari belahan
dunia manapun bisa kita dapatkan dengan mudah. Hanya dengan berseluncur melalui
search
engine (mesin pencarian) seperti google, yahoo atau yang lainnya, kita
bisa mendapatkan berbagai berita atau informasi yang kita inginkan. Namun
dengan adanya kemudahan tersebut, seringkali dimanfaatkan oleh pihak-pihak
tertentu yang ingin “mencari keuntungan”
dengan menyebarkan berita atau informasi Hoax. Hoax berasal dari Bahasa
Inggris yang berarti berita palsu.
Menyebarkan
berita palsu alias Hoax
sangat dibenci Allah, sebagaimana dalam hadis dari al-Mughirah bin Syu’bah radhiyallahu’anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
إِنَّ اللَّهَ
كَرِهَ لَكُمْ ثَلاَثًا قِيلَ وَقَالَ ، وَإِضَاعَةَ الْمَالِ ، وَكَثْرَةَ
السُّؤَالِ
Sesungguhnya Allah membenci 3 hal
untuk kalian: [1] menyebarkan berita burung (katanya-katanya); [2]
menyia-nyiakan harta; dan [3] banyak bertanya.
(HR. Bukhari 1477 & Muslim 4582).
Terlebih
jika berita tersebut bisa bikin geger di masyarakat. Allah mencela orang yang
suka menyebarkan berita yang membuat masyarakat ribut. Dalam al-Quran, Allah
menyebut mereka dengan al-murjifuun
(manusia pembuat onar).
Ketika
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam di
Madinah, beberapa orang tukang penyebar berita terkadang membuat geger
masyarakat. terutama berita yang terkait keluarga Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Allah mengancam, jika mereka tidak
menghentikan kebiasaan ini, maka mereka akan diusir dari Madinah.
Allah berfirman,
لَئِنْ
لَمْ يَنْتَهِ الْمُنَافِقُونَ وَالَّذِينَ فِي قُلُوبِهِمْ مَرَضٌ
وَالْمُرْجِفُونَ فِي الْمَدِينَةِ لَنُغْرِيَنَّكَ بِهِمْ ثُمَّ لَا
يُجَاوِرُونَكَ فِيهَا إِلَّا قَلِيلًا
Jika orang-orang munafik,
orang-orang yang berpenyakit dalam hatinya dan orang-orang yang menyebarkan
kabar bohong di Madinah tidak berhenti (dari menyakitimu), niscaya Kami
perintahkan kamu (untuk memerangi) mereka, kemudian mereka tidak menjadi
tetanggamu (di Madinah) melainkan dalam waktu yang sebentar.
(QS. al-Ahzab: 60)
Sehingga,
sebelum menyebarkan, pastikan berita anda benar. Hentikan kebiasaan buruk mudah
menyebarkan berita. Tanamkan dalam diri kita, menyebarkan berita itu bukan
prestasi… prestasi itu adalah menyebarkan ilmu yang bermanfaat, bukan
menyebarkan berita.
Bagaimana
ketika tidak sengaja menyebarkan berita dusta? Setelah disebarkan, baru
diingatkan bahwa ternyata itu hoax.
Pertama, orang yang melakukan kesalahan tanpa disengaja, maka tidak ada dosa baginya, antara dia dengan Allah. Allah berfirman,
وَلَيْسَ
عَلَيْكُمْ جُنَاحٌ فِيمَا أَخْطَأْتُمْ بِهِ وَلَكِنْ مَا تَعَمَّدَتْ
قُلُوبُكُمْ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا
Tidak ada dosa bagimu terhadap kesalahan yang kalian lakukan tanpa sengaja, tetapi (yang ada dosanya) apa yang disengaja oleh hatimu. (QS. al-Ahzab: 5).
Namun jika itu merugikan hak orang
lain, maka dia bertanggung jawab atas kerugian itu.
Ketika Nabi Daud menjadi penguasa,
ada kasus, hewan ternak milik si A, masuk ke lahan pertanian milik si B dan
merusak tanamannya. Akhirnya mereka meminta keputusan Nabi Daud. Beliau
memutuskan, hewan si A harus diserahkan ke si B, sebagai ganti dari tanaman
yang dirusak.
Sementara Sulaiman memiliki
pemahaman berbeda. Beliau memutuskan, hewan si A diserahkan ke si B untuk
diperah susunya sampai menutupi nilai kerugian tanaman yang dirusak. Dan Allah
memuji keputusan Sulaiman. Allah menceritakan,
وَدَاوُودَ
وَسُلَيْمَانَ إِذْ يَحْكُمَانِ فِي الْحَرْثِ إِذْ نَفَشَتْ فِيهِ غَنَمُ
الْقَوْمِ وَكُنَّا لِحُكْمِهِمْ شَاهِدِينَ . فَفَهَّمْنَاهَا سُلَيْمَانَ
(ingatlah kisah) Daud dan Sulaiman, di waktu keduanya memberikan keputusan mengenai tanaman, karena tanaman itu dirusak oleh kambing-kambing kepunyaan kaumnya. Dan adalah Kami menyaksikan keputusan yang diberikan oleh mereka itu, maka Kami telah memberikan pengertian kepada Sulaiman tentang hukum (yang lebih tepat). (QS. al-Anbiya: 78 – 79)
Kedua, ketika sudah tersebar di forum, berikan penjelasan di forum yang sama bahwa berita itu dusta. Agar anda bisa lepas dari tanggung jawab.
Bagi mereka yang pernah menyebarkan
kesesatan, kemudian bertaubat, dia berkewajiban untuk menjelaskan kepada
masyarakatnya, tentang kesesatan yang pernah dia ajarkan.
Beberapa ulama yang bertaubat dari
kesesatan, mereka mengarang buku yang membatah pendapat lamanya.
Diantaranya Abul Hasan al-Asy’ari. Setelah beliau taubat dari aqidah
Kullabiyah, beliau menulis beberapa buku sebagai bantahan untuk aqidah beliau
yang lama. Seperti al-Ibanah ‘an ushul diyanah, dan maqalat islamiyin.
Allah menjelaskan,
إِلَّا
الَّذِينَ تَابُوا وَأَصْلَحُوا وَبَيَّنُوا فَأُولَئِكَ أَتُوبُ عَلَيْهِمْ
وَأَنَا التَّوَّابُ الرَّحِيمُ
kecuali mereka yang telah taubat dan mengadakan perbaikan dan menerangkan (kebenaran), maka terhadap mereka itulah Aku menerima taubatnya dan Akulah Yang Maha Menerima taubat lagi Maha Penyayang. (QS. al-Baqarah: 160).
Semoga bermanfaat....
Sumber:
0 komentar:
Posting Komentar